Translate

Sabtu, 01 Desember 2012

Proses Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Bakso Keliling

Pengambilan Keputusan: Pembelian pada pedagang keliling
Jika kita amati, terjadinya pengambilan keputusan konsumen dalam membeli suatu produk/jasa ternyata harus melewati beberapa proses yang rumit sampai muncul terjadinya pengambilan keputusan berupa pengambilan sikap ataupun produksi bahasa.
Dimulai ketika dari jauh terdengar suara “tik tok tik tok,,, tok tok tok tik tok tik tok….”, suara tersebut merupakan stimulus bagi indra pendengar kita yang berupa gelombang bunyi untuk merangsang respon kognitif kita. Saat kita mendengar bunyi tersebut, muncullah sensasi yang jika dibahasakan sebagai “bunyi nyaring, bernada, identik”.
Sensasi-sensasi tersebut tidak langsung kita persepsikan sebagai bakso nikmat atau bakso rasa garam, melainkan kita kotak-kotak kan dulu bunyi yang masuk ke dalam ingatan/memori kita, kita organisir sedemikian rupa, kita mulai menggolongkan bahwa: “Oohh… ini bunyi tik tok dari abang tukang bakso” (bukan bunyi tik tok tukang mie ayam ataupun bunyi tik tok kentongan maling). Terjadilah pengkodean yang membantu kita dalam mengorganisir dan merecall skema mana yang akan kita butuhkan untuk memaknai bunyi tersebut.
Setelah pola hubungan dikenali antara sumber bunyi dengan memori yang ada dalam kognisi kita, barulah satu persatu memori (dari pengalaman, proses belajar, cerita tetangga, dan sumber pengetahuan lain) mulai saling mengaitkan untuk menciptakan persepsi tentang sumber bunyi yang sudah dikenali sebagai tukang bakso. Ada beberapa pengetahuan yang mengatakan:
  •  “Itu suara tik tok Cak Bambang, baksonya murah dan lumayan enak rasanya”.
  • “Sepertinya itu suara tik tok bakso Marlena, yang jualan agak genit”
  • “Bakso yang enak itu… ada sayur seladanya, baksonya keras, kaldu kuahnya terasa”
  • “Bahaya.., kalau terlalu banyak makan saos bakso, banyak zat additifnya”
  • “….” dsb.
Dari sekian banyak skema memori yang berhasil dihubungkan dengan stimulus yang ada, muncullah persepsi yang bisa saja bernilai positif (mendukung pembelian) maupun justru negatif (menghindari pembelian). Ketika sudah cukup ada beberapa memori yang berhubungan mendukung stimulus tersebut, kita akan mempersepsikan bahwa tukang bakso yang lewat itu baksonya lezat, harganya pas dikantong,  sehingga kita mulai membentuk konsep:
  • Saya cukup membeli 1 mangkok atau lebih? (menyusun konsep kenyang)
  • Akankah saya tega makan bakso sendiri, padahal ada beberapa anggota keluarga lain di rumah? (menyusun konsep hubungan interpersonal)
  • 1 mangkok harganya Rp 6.000,-, berarti saya harus menyiapkan uang Rp 18.000,- jika saya membeli 3 mangkok. (menyusun konsep matematis)
  • Dan konsep-konsep lain yang juga terkait tergantung pada situasi yang dihadapi

Akhirnya, dari hasil pengolahan banyak sekali informasi diambillah keputusan bahwa “saya akan membeli 3 mangkok bakso untuk saya, kakak, dan ibu saya dengan uang sejumlah Rp 18.000”. 
Keputusan yang diambil kemudian diolah lagi oleh beberapa bagian otak yang terkait untuk memproduksi berbagai tindakan yang dibutuhkan untuk mendapatkan 3 mangkok bakso tersebut. Sikap yang diambil tersebut bisa berupa ungkapan verbal maupun beberapa langkah untuk menghentikan langkah tukang bakso dan mendekatinya. Sehingga hasil terakhir dari proses pengolahan informasi ini berakhir pada pembelian bakso yang diawali dengan bahasa: “Bang Bokiiirr…. Beli baksoonyaa…”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar